Selasa, 18 Maret 2014

Arti Sahabat

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum. Apa kabar, kawan?
Untuk topik tulisan kali ini saya mau membahas mengenai arti sahabat.

Sahabat. Apa sih arti sahabat dalam hidupmu, kawan? Seberapa penting sahabat dalam hidupmu? Pernah nggak kamu merasakan rasanya nggak punya sahabat? Rasanya nggak punya sahabat di dunia ini? Menurut saya pribadi, sahabat itu sangat berarti dalam hidup dan sahabat itu lebih dari sekedar teman, bahkan lebih dari sekedar teman dekat. Sahabat itu seperti saudara sendiri. Rasanya nggak punya sahabat? Hmmm... Jujur, saya sendiri pernah merasakan rasanya nggak punya sahabat di satu masa, di suatu lingkungan. Well, rasanya sedihhh, itu banget! Hidup saya berasa sepi di antara keramaian. Lagi sedih, mau curhat ke siapa? Lagi senang, mau berbagi ke siapa? Alhasil, semuanya hanya bisa saya tumpahkan melalui tulisan-tulisan. Saya hanya bisa berceloteh di buku tulis atau layar komputer. Terkadang, saya suka pergi ke toilet di lingkungan itu untuk buang air mata, kayak di novel “Speak” gitu, hehee lebay! Tapi, saya masih bersyukur, Alhamdulillah di luar lingkungan itu saya mempunyai sahabat, namanya Heilda Dewi Sukmanti. Dia adalah sahabat pertama saya waktu saya tinggal di Bandung (saya pindah dari Jakarta waktu kelas 2 SMP). Waktu itu awal pertemuan kami, saya melihat dia duduk sendirian alias dia nggak ada teman sebangku, terus saya samperin saja. Besoknya juga, saya duduk di sebelah dia. Akhirnya, saya jadi teman sebangku dia. Kami mengobrol, bercanda dan kami menjadi dekat. Saat itu, saya belum bisa bilang bahwa kami itu bersahabat. Saya akui bahwa kami bersahabat setelah lulus dari SMP!. Ya, saat itu, mungkin kami hanya sekadar teman dekat. Mengapa saya bilang seperti itu? Karena menurut saya, sahabat dan teman dekat itu memiliki arti yang berbeda. Menurut saya, teman dekat itu hanya orang yang dekat, tapi kita nggak bisa cerita blak-blakan, juga setelah berpisah jarak alias sudah tidak satu lingkungan, teman dekat bisa saja hilang kontak, nggak ada komunikasi lagi. Tapi, kalau sahabat, kita bisa curhat apa saja, kita bisa blak-blakkan bercerita apapun, kita bisa jadi “orang gila” hehee dan juga kalau sahabat, walaupun sudah berpisah jarak, tetap ada kontak, tetap ada komunikasi karena yang namanya sahabat sejati itu nggak akan pernah lekang oleh waktu, cielah!

Bagaimana dengan sahabat, tapi hanya sekadar “tittle” saja?

Mengapa saya sebut “tittle”? Karena, dia/mereka mengakunya sahabat, tapi hanya ada di saat dia/mereka lagi butuh saja. Lalu, di saat kita lagi butuh, dia/mereka nggak ada. Ke mana yang namanya sahabat itu? Sahabat itu bukan hanya ada di saat kita sedang senang saja, tapi juga di saat kita sedih. Dia/mereka akan mengerti. Pula jika kita ada salah, mereka juga akan menasihati atau memberi tahu, bukan malah mendiami, pura-pura tidak tahu.
Sebagai sahabat, kita sendiri juga jangan menjadi sahabat yang “egois” ; inginnya dimengerti, tapi tak mau mengerti. Inginnya didengar, tapi tak mau mendengar. Yang namanya sahabat itu seharusnya saling mengerti dan saling menasihati. Bagiku, sahabat itu ibarat air; memberi kesejukan dan kesegaran hidup. Sahabat itu ibarat pelangi; membuat hidup lebih berwarna. Jangan sia-siakan sahabatmu. Jadilah sahabat yang mengerti.

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 18 Maret 2014

Arti Sahabat

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum. Apa kabar, kawan?
Untuk topik tulisan kali ini saya mau membahas mengenai arti sahabat.

Sahabat. Apa sih arti sahabat dalam hidupmu, kawan? Seberapa penting sahabat dalam hidupmu? Pernah nggak kamu merasakan rasanya nggak punya sahabat? Rasanya nggak punya sahabat di dunia ini? Menurut saya pribadi, sahabat itu sangat berarti dalam hidup dan sahabat itu lebih dari sekedar teman, bahkan lebih dari sekedar teman dekat. Sahabat itu seperti saudara sendiri. Rasanya nggak punya sahabat? Hmmm... Jujur, saya sendiri pernah merasakan rasanya nggak punya sahabat di satu masa, di suatu lingkungan. Well, rasanya sedihhh, itu banget! Hidup saya berasa sepi di antara keramaian. Lagi sedih, mau curhat ke siapa? Lagi senang, mau berbagi ke siapa? Alhasil, semuanya hanya bisa saya tumpahkan melalui tulisan-tulisan. Saya hanya bisa berceloteh di buku tulis atau layar komputer. Terkadang, saya suka pergi ke toilet di lingkungan itu untuk buang air mata, kayak di novel “Speak” gitu, hehee lebay! Tapi, saya masih bersyukur, Alhamdulillah di luar lingkungan itu saya mempunyai sahabat, namanya Heilda Dewi Sukmanti. Dia adalah sahabat pertama saya waktu saya tinggal di Bandung (saya pindah dari Jakarta waktu kelas 2 SMP). Waktu itu awal pertemuan kami, saya melihat dia duduk sendirian alias dia nggak ada teman sebangku, terus saya samperin saja. Besoknya juga, saya duduk di sebelah dia. Akhirnya, saya jadi teman sebangku dia. Kami mengobrol, bercanda dan kami menjadi dekat. Saat itu, saya belum bisa bilang bahwa kami itu bersahabat. Saya akui bahwa kami bersahabat setelah lulus dari SMP!. Ya, saat itu, mungkin kami hanya sekadar teman dekat. Mengapa saya bilang seperti itu? Karena menurut saya, sahabat dan teman dekat itu memiliki arti yang berbeda. Menurut saya, teman dekat itu hanya orang yang dekat, tapi kita nggak bisa cerita blak-blakan, juga setelah berpisah jarak alias sudah tidak satu lingkungan, teman dekat bisa saja hilang kontak, nggak ada komunikasi lagi. Tapi, kalau sahabat, kita bisa curhat apa saja, kita bisa blak-blakkan bercerita apapun, kita bisa jadi “orang gila” hehee dan juga kalau sahabat, walaupun sudah berpisah jarak, tetap ada kontak, tetap ada komunikasi karena yang namanya sahabat sejati itu nggak akan pernah lekang oleh waktu, cielah!

Bagaimana dengan sahabat, tapi hanya sekadar “tittle” saja?

Mengapa saya sebut “tittle”? Karena, dia/mereka mengakunya sahabat, tapi hanya ada di saat dia/mereka lagi butuh saja. Lalu, di saat kita lagi butuh, dia/mereka nggak ada. Ke mana yang namanya sahabat itu? Sahabat itu bukan hanya ada di saat kita sedang senang saja, tapi juga di saat kita sedih. Dia/mereka akan mengerti. Pula jika kita ada salah, mereka juga akan menasihati atau memberi tahu, bukan malah mendiami, pura-pura tidak tahu.
Sebagai sahabat, kita sendiri juga jangan menjadi sahabat yang “egois” ; inginnya dimengerti, tapi tak mau mengerti. Inginnya didengar, tapi tak mau mendengar. Yang namanya sahabat itu seharusnya saling mengerti dan saling menasihati. Bagiku, sahabat itu ibarat air; memberi kesejukan dan kesegaran hidup. Sahabat itu ibarat pelangi; membuat hidup lebih berwarna. Jangan sia-siakan sahabatmu. Jadilah sahabat yang mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar