Judul
|
:
DILAN: dia adalah Dilanku tahun 1990
|
Penulis
|
:
Pidi Baiq
|
Penerbit
|
:
DAR! Mizan
|
Tanggal
Terbit
|
:
April 2014
|
Jumlah
Halaman
|
:
332 halaman
|
Harga
|
:
Rp. 55000
|
ISBN
|
:
978-602-7870-41-3
|
“Milea,
kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu.
Enggak
tahu kalau sore. Tunggu aja.” (Dilan, 1990)
Di atas merupakan sepenggal ucapan Dilan
kepada Milea yang tertera pada cover belakang novel ini. Novel ini menceritakan
seorang wanita di suatu malam yang sedang nostalgia dan mengulas kembali kisah
asmaranya di era tahun 1990-an. Wanita itu bernama Milea.
Milea yang saat itu adalah seorang murid
baru di SMA Negeri di Bandung sedang jalan kaki menuju sekolah. Di tengah
perjalanannya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang satu sekolah dengannya
mendekati dan menyapanya. Milea yang saat itu belum kenal siapapun di sekolah
kecuali teman-teman sekelasnya, kaget. Yang membuatnya kaget adalah ketika
laki-laki itu menawarkan dirinya untuk meramal Milea. Ia bingung mengapa
laki-laki itu kok malah meramal, bukannya ngajak kenalan. Diramalnya, mereka
akan bertemu di kantin. Lalu, lagi-lagi ia diramal oleh laki-laki itu, katanya,
besok akan bertemu. Milea berpikir itu tidak akan mungkin terjadi karena besok
adalah hari Minggu. Eh, tanpa diduga, laki-laki itu datang ke rumahnya dan
memberikannya sepucuk surat undangan yang aneh, yang membuatnya malah jadi
penasaran dengan laki-laki itu. Namun, pertemuan-pertemuan aneh dengan
laki-laki yang ia juga tidak tahu namanya itu tidak mau ia pikirkan. Lagi pula,
saat itu, ia juga sudah punya pacar bernama Beni. Mereka masih menjalin
hubungan, meski jarak jauh. Beni berada di Jakarta.
Pada suatu ketika, hari saat Milea
mengetahui namanya. Nama laki-laki yang suka meramalnya itu. namanya Dilan dan
dia anak geng motor. Sejak mengetahui hal itu, Milea berniat akan menjauhinya,
khawatir Dilan hanyalah laki-laki nakal yang suka iseng godain perempuan.
Walaupun sebenarnya batinnya tidak berpikir demikian. Namun, Dilan selalu
mengganggu dan berusaha mendekatinya. Dilan yang mendekatinya dengan cara yang
tak biasa, membuat Milea malah menjadi senang. Dan, ada suatu momen di mana
Milea mulai menyukai seorang Dilan! Bagaimana bisa?
Dilan yang terus melakukan pendekatan
dengan cara yang aneh, selalu membuatnya senang. Lalu, bagaimana dengan Beni?
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah jadinya dengan Dilan atau masih dengan
Beni? Penasaran?
Kalau penasaran, beli saja novelnya dan
baca kelengkapan ceritanya! Oh iya, saat kau membaca, kau akan tahu sifat Dilan
dan Beni sesungguhnya, dan beberapa teman laki-laki Milea yang juga berusaha
mendekati Milea (Wow! Seberapa cantikkah ia hingga banyak laki-laki yang
‘klepek-klepek’?).
Kelebihan novel ini ada pada gaya bahasa
sang penulis bercerita. Bahasanya enak dibaca dan mudah dimengerti. Dengan
menggunakan sudut pandang orang pertama, membuat pembaca “hanyut” ke dalam
cerita. Selain itu percakapan antar tokoh yang terasa natural dan tidak
dibuat-buat. Dan juga, di dalam novel terdapat beberapa ilustrasi yang
melengkapi gambaran keadaan isi cerita.
Kekurangan novel ini adalah
ketidakkonsistenan penggunaan kata tidak,
enggak dan gak dalam narasi. Ya, walalupun itu tidak menjadi masalah juga sih.
Dan juga, dialog yang terlalu singkat-singkat dan kebanyakan “hahaha” dan
“hehehe”. Tapi, selebihnya novel ini bagus dan menarik untuk dibaca. Pokoknya
tidak akan menyesal deh!